Jumat, 29 Maret 2024

APEC 2013

Penutupan Pemerintah AS Dikhawatirkan Merembet ke Ekonomi Asia Pasifik

Laporan itu berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 560 pemimpin yang berada di kawasan Asia-Pasifik.

Penulis: Samuel Febrianto
AFP/SONNY TUMBELAKA
entara Indonesia menghentikan pengendara yang melintas dekat tempat daerah KTT APEC di Nusa Dua di pulau resor di Indonesia Bali pada tanggal 1 Oktober 2013. Pemerintah Indonesia telah meningkatkan keamanan menjelang KTT APEC di mana 21 pemimpin dunia hadir, Kabarnya Presiden AS Barack Obama batal menghadiri KTT para pemimpin, yang akan berlangsung dari 07-08 Oktober. (AFP PHOTO/SONNY Tumbelaka) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penutupan Pemerintah dan kebuntuan politik atas defisit anggaran Pemerintah Amerika Serikat (AS), dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi kawasan Asia - Pasifik, di tengah upaya pemulihan dari krisis global.

Berdasarkan laporan tahunan Konsil Kerjasama Ekonomi Pasifik (PECC), yang dirilis kemarin, Kamis (3/10/2013), disebutkan bahwa kegagalan paket kebijakan ekonomi dan anggaran AS akan menjadi risiko tinggi kelima untuk pertumbuhan.

Laporan itu berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 560 pemimpin yang berada di kawasan Asia-Pasifik.

"Sementara survei dilakukan hampir dua bulan lalu, dengan penutupan pemerintah jika survei dilakukan hari ini, maka itu akan cenderung lebih tinggi," kata Sekretaris Jenderal PECC Eduardo Pedrosa, seperti dikutip dari Apec2013.or.id, Jumat(4/10/2013).

"Pada saat ini terjadi terus perubahan ekonomi di seluruh dunia, jika masalah-masalah politik dalam negeri berlanjut lebih lama lagi mereka memiliki konsekuensi yang berpotensi jauh melampaui AS, seperti yang terlihat oleh hasil survei kami ," tambahnya.

Kekhawatiran tentang penutupan dan utang berkepanjangan pemerintah AS menjadi kekhawatiran para delegasi pada pertemuan APEC di Bali, juga menjadi perhatian China dan India.

Dalam laporan PECC, telah terjadi perlambatan ekonomi China atas pertumbuhan di Asia Pasifik.

Studi menemukan bahwa lebih dari 60 persen responden memperkirakan China akan mencatat pertumbuhan lemah dalam 12 bulan ke depan, seperti yang telah ditunjukkan oleh reformasi kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah.

Mereka yang disurvei lebih menilai positif AS, dengan 60 persen mengharapkan pertumbuhan yang lebih kuat inisial ekonomi Amerika, naik dari 30 persen tahun lalu.

Sementara optimisme tentang ekonomi Jepang berada di 55,4 persen, dibandingkan dengan 19,9 persen pada 2012.

"Hal ini mendorong untuk melihat prospek yang lebih positif bagi AS dan Jepang, tapi kami juga sadar akan fakta bahwa kedua negara harus bergantung pada beberapa langkah-langkah quantitativeeasing," kata Duta Besar Don Campbell, Co-Chair dari PECC.

"Sementara prospek ekonomi secara keseluruhan adalah positif untuk wilayah, lintasan pertumbuhan merupakan masalah sehingga kita harus terus menerapkan strategi pertumbuhan diadopsi oleh APEC (Asia - Pacific Economic Cooperation) tiga tahun lalu,"ujarnya.

Dalam laporan PECC , kontributor menyoroti bagaimana kesenjangan pembangunan telah melebar baik di dalam dan di antara negara-negara di wilayah.

Responden survei sangat mendukung kerja APEC pada liberalisasi perdagangan dan investasi, namun menekankan perlunya institusi domestik yang lebih kuat untuk membuat pertumbuhan inklusif. Persetujuan keseluruhan untuk kinerja APEC adalah 17,1 persen. Pada tahun 2007, mereka hanya mencapai 1,3 persen.

Survei juga menanyakan kepada responden untuk memilih lima isu utama yang harus dibahas para pemimpin ekonomi APEC selama pertemuan mereka mendatang di Bali.

Inisiatif integrasi ekonomi regional menduduki puncak daftar, diikuti oleh Strategi Pertumbuhan APEC, korupsi, Bogor Goals perdagangan bebas dan terbuka dan investasi, serta mengurangi ketidaksetaraan pendapatan di wilayah tersebut.

BERITATERKAIT
  • AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
    About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan